Panduan untuk pemilihan varietas jagung – berbagai faktor dan karakteristik yang harus diperhatikan untuk memilih varietas jagung yang paling tepat.
Pemilihan jagung untuk dibudidayakan adalah salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi produksi tanaman yang dapat dikontrol oleh manusia. Pemilihan varietas yang cermat dapat meningkatkan produksi petani dalam jangka panjang dan/atau melindungi hasil panen jika terjadi faktor eksternal yang tidak dapat dikontrol (misalnya, penyakit, tekanan lingkungan, dll.). Terdapat ribuan varietas jagung yang tersedia di pasaran, sementara varietas baru terus diciptakan oleh para pemulia tanaman di seluruh dunia. Sejak 2012 hingga 2022, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Jagung dan Gandum (CIMMYT) dan Institut Pertanian Tropis Internasional (IITA) telah mengembangkan 604 varietas jagung di 33 negara (https://maize.org/).
Kategorisasi pertama dari varietas jagung berkaitan dengan siklus biologi dan nomor FAO. Kita memiliki varietas 300-400-500-600 atau 700 FAO. Singkatnya, jika terdapat nomor FAO yang besar, maka musim tanam jagung tersebut akan lebih lama dan biasanya membutuhkan panas yang lebih jika dibandingkan dengan nomor FAO yang lebih kecil. Kebalikannya, jika semakin ke utara atau ke ketinggian yang semakin tinggi, maka semakin sedikit panas yang bisa dirasakan oleh tanaman sehingga lebih baik memilih varietas yang lebih awal dengan nomor FAO yang lebih kecil. Sebagai aturan praktis, musim tanam yang lebih lama akan memberikan hasil panen yang lebih tinggi namun dengan biaya yang lebih tinggi pula (irigasi, pupuk, pengelolaan hama, dll.).
Terdapat dua kategoris utama dari varietas jagung:
- Varietas Penyerbukan Terbuka-OPVs dan
- Hibrida
Varietas penyerbukan terbuka sebagian besar digunakan hingga 2000 dikarenakan cara pengembangan dan reproduksinya yang mudah dan murah. Intensifikasi budidaya jagung dan prevalensi dari monokultur telah menjadikan jagung varietas hibrida sebagai pilihan utama, terlebih lagi di daerah seperti AS dan Eropa, dikarenakan mereka menawarkan hasil panen yang lebih tinggi
Namun penelitian terbaru menunjukkan bahwa pada sistem seperti wanatani (agroforestry), varietas jagung penyerbukan-terbuka dapat bekerja sama baiknya dengan hibrida (Ndoli, 2019).
Hasilnya, petani dapat menemukan berbagai varietas jagung yang tersedia untuk memenuhi banyak kebutuhan modern untuk produksi jagung yang berhasil. Namun, pemilihan varietas harus berdasarkan berbagai faktor seperti karakteristik varietas, lingkungan sekitar lahan, dan yang terakhir, cara bercocok tanam (organik, konvensional, dll.), dengan juga mempertimbangkan input yang tersedia (pupuk, irigasi, dll.) yang dapat diberikan kepada tanaman.
Sebagai contoh, varietas X bisa saja menjadi pilihan terbaik untuk daerah dengan curah hujan yang tinggi, namun tidak akan mencapai potensi hasil panennya jika ditanam pada daerah yang mengalami kekeringan-panas yang berlebihan dengan ketersediaan air irigasi yang terbatas. Demikian pula, petani harus mempertimbangkan, sebelum membuat keputusan, “musuh” (patogen, hama, dan gulma) dari tanaman yang tumbuh subur di daerah tersebut. Banyak varietas memiliki rangkaian gen resistan yang berbeda terhadap penyakit tertentu, dan varietas lainnya memiliki karakteristik yang membuat mereka lebih kompetitif terhadap gulma. Hal ini sangat penting untuk petani yang ingin mengurangi penggunaan pestisida dan herbisida kimia.
Konsekuensinya, kita harus mengingat bahwa tidak semua varietas cocok untuk segala jenis lingkungan dan/atau sistem budidaya (tanpa olah tanah, organik, dll.). Umumnya, varietas jagung yang akan dipilih untuk disemai harus memberikan hasil panen yang memuaskan tanpa input yang berlebihan seperti pupuk, irigasi, dan produk pengelolaan gulma. Dengan cara ini, pilihan varietas memiliki peran dalam status keberlanjutan tanaman dan keuntungan petani (pengeluaran lebih sedikit → untung lebih besar).
Daftar sifat-sifat penting yang harus dipertimbangkan ketika memilih varietas jagung
Pemilihan kultivar-varietas harus berdasarkan dari hasil panen, kualitas dan karakteristik-perilaku agronomik varietas. Secara spesifik, sifat-sifat yang paling diminati untuk jagung adalah:
- Potensi hasil panen dari varietas jagung
- Kemampuan beradaptasi (varietas dengan kemampuan beradaptasi yang luas cocok untuk berbagai kondisi). Kemampuan beradaptasi dari varietas jagung bergantung pada toleransi tanaman pada tekanan lingkungan (misalnya, kekeringan, panas, beku, dll.).
Ketika suatu varietas dikatakan memiliki kemampuan beradaptasi yang luas, ini berarti varietas tersebut dapat mencapai hasil panen yang baik dan stabil dalam berbagai kondisi. Hasil panen yang stabil dari tahun ke tahun adalah ciri karakteristik yang penting, terlebih lagi untuk petani dengan pertanian kontrak (pra-penjualan hasil panen masa depan). Dalam strategi pengolahan dengan kepadatan rendah yang diterapkan di area kekeringan, plastisitas reproduksi (hasil panen yang dihasilkan dalam setiap unit sumber daya yang tersedia) adalah karakteristik penting dari pemilihan varietas.
- Kesuburan Tongkol Jagung
Sifat ini menghubungkan antara kemampuan adaptasi dan hasil panen jagung. Pada masa domestikasi jagung, salah satu karakteristik yang secara signifikan terus berubah adalah jumlah tongkol per tanaman (tongkol= bagian bunga betina → bulir jagung). Untuk jagung, jumlah ini menurun, sehingga varietas komersial untuk sistem pertanian intensif hanya memiliki 1-2 tongkol per tanaman (Iltis HH – 1983). Namun, pada tanaman dengan kepadatan rendah dan sistem pupuk nitrogen terbatas, kenaikan kesuburan tongkol jagung dapat menstabilkan total produksi jagung (Parco 2020).
- Panjang umur tanaman (dapat disebut sebagai CRM= Cumulative Relative Maturity/Kematangan Relatif Kumulatif, dalam hari, atau sebagai waktu pematangan) dan tanggal penanaman jagung.
Bergantung pada area budidaya, petani harus mempertimbangkan cuaca dan suhu terutama di awal (penaburan benih-tumbuh) dan pada tahap selanjutnya (bunga, pemupukan, dan kematangan) dari siklus hidup tanaman (=periode tanam). Jika suhunya masih rendah ketika penaburan, petani harus memilih varietas dengan toleransi yang sesuai. Begitu pula di iklim yang lebih hangat, varietas yang paling populer adalah yang memiliki resistansi terhadap suhu tinggi dan kekeringan.
- Resistensi terhadap kerebahan (dapat disebut atau relevan bagi kekuatan tangkai, tinggi tongkol, stabilitas)
Untuk jagung, seperti halnya tanaman biji-bijian lainnya, kemampuan tanaman untuk bertahan dari angin kencang dan mempertahankan posisi vertikalnya dapat secara dramatis mempengaruhi hasil panen akhir. Jika akar atau seluruh tanaman membungkuk di dekat tanah, ada peningkatan risiko wabah penyakit (karena aerasi yang buruk) dan kerugian saat panen. Perlu diingat bahwa risiko rebah juga bergantung pada kerapatan tanaman (dapat dibaca lebih lanjut disini, 10)
- Ketahanan terhadap penyakit patogen utama jagung
Varietas yang dipilih harus toleran atau tahan terhadap berbagai penyakit atau penyakit tertentu seperti busuk tongkol, penyakit virus jagung, bercak daun abu-abu, karat, kotoran tongkol dan rumbai, busuk batang dan busuk akar. Tidak semua varietas tahan terhadap penyakit yang sama. Petai harus mengetahui patogen mana yang paling umum dan lazim di area yang akan ditanami jagung. Namun, kinerja varietas melawan patogen harus diuji di bawah kondisi lapangan (karakteristik dan peringkat varietas untuk ketahanan patogen spesifik bisa saja berbeda antara kondisi laboratorium dan lapangan – baca peringkat dengan seksama).
- Toleransi terhadap gulma – ketahanan terhadap Rajatawa/Rumput setan (Striga-witchweed)
Striga merupakan gulma parasit dan salah satu “musuh” dari jagung yang menyebabkan kerugian hasil panen yang tidak terhitung setiap tahunnya di seluruh dunia. Para ilmuwan saat ini sedang menguji kegunaan biji jagung resistan imidazolinon (imidazolinone-resistant (IR)) dengan hasil yang menjanjikan (11).
- Penggunaan akhir komersial dari biji jagung (pakan ternak, pangan, produksi bahan bakar nabati (biofuel), produksi pati ataupun minyak goreng)
Terdapat serangkaian karakteristik yang berbeda yang diinginkan tergantung pada kegunaan akhir dari biji jagung yang diproduksi (karakteristik organoleptik, komposisi kimia dari biji, dll.). Sebagai contoh, jagung yang diproduksi untuk pakan ternak harus memiliki protein tinggi pada biji jagung (kualitas pakan pada varietas jagung). Namun, penting untuk diingat bahwa banyak kualitas karakteristik yang dapat dipengaruhi, sampai batas tertentu, dari praktik budidaya dan penyimpanan yang diterapkan oleh petani (Győri, Z., 2017).
Beberapa karakteristik standar yang menggambarkan performa dan kualitas varietas biji jagung adalah:
- Kandungan Bahan Kering/The Dry Matter (DM) saat panen (dapat ditemukan sebagai persentase yang biasanya berkisar hingga 38% untuk jagung hijauan).
- Hasil panen bahan kering yang sebenarnya/The actual Dry Matter yield [dinyatakan dalam ton per hektar (t/ha), dan angkanya bervariasi hingga 20].
- Energi yang dapat dimetabolisme/Metabolizable energy (ME) dari tanaman segar saat dipanen. Ini adalah nilai energi dari silase yang dihitung dalam MJ/kgDM.
- Kandungan pati/hasil panen pati dari seluruh tanaman saat panen.
- Daya cerna dinding sel/Cell wall digestibility (%). Semakin tinggi angkanya semakin baik karena daya cerna yang tinggi dari serat sangat mempengaruhi nilai nutrisi dari hijauan jagung (Barrière, 2003).
- Kekuatan awal tanaman. Semakin tinggi (paling tinggi 9) semakin baik karena mencerminkan kemampuan kompetitif tanaman untuk melawan gulma.
- Daya tahan tegak tanaman saat panen (kerebahan akar/root lodging). Untuk hal ini, karakteristik dinilai dari skala 1 (jelek) hingga 9 (baik). Kekuatan tanaman untuk menjaga posisi vertikal (lebih mudah saat panen) juga dinyatakan sebagai Kerebahan/Lodging. Untuk hal ini, kita membutuhkan angka yang serendah mungkin.
- Pembengkokan/Brackling (%). Ini adalah pembengkokan pada batang pada atau sekitar area ruas (nodal) pada saat mendekati waktu panen. Angka ini juga harus serendah mungkin karena mencerminkan kerugian hasil panen dan masalah pada saat pemanenan jagung.
- Penuaan daun. Karakteristik ini dinilai berdasarkan skala dari 1 (daun hijau) hingga 9 (tanaman dengan penuaan lanjut dan daun kering). Istilah persamaannya adalah Tetap Hijau/Stay-Green (penuaan daun yang tertunda). Karakteristik ini memiliki korelasi positif dengan hasil panen yang tinggi (produksi biji dan silase), kualitas, dan ketahanan terhadap tekanan dari tanaman. Alasannya adalah tanaman dapat aktif secara fotosintesis untuk waktu yang lebih lama, karakteristik dari varietas jagung yang sangat penting untuk waktu yang singkat (pematangan awal). Namun, berdasarkan data ilmiah, bisa jadi terdapat efek negatif dari Tetap Hijau/Stay-green pada kandungan nitrogen pada biji jagung di mana masalah ini diselesaikan berkat serapan nitrogen (N) yang lebih tinggi setelah pembungaan (Chibane, 2021).
Anda dapat menemukan Daftar Deskripsi Jagung Hijauan BSPB dengan berbagai varietas jagung tersedia di pasar di sini (9).
Varietas jagung hasil rekayasa genetika (GM)
Setelah kacang kedelai, jagung merupakan tanaman hasil rekayasa genetika yang paling banyak dibudidayakan. Varietas jagung GM telah tersedia di pasaran sejak tahun 1996, dan hingga kini mereka membawa gen resistan yang tahan terhadap penyakit, tahan terhadap herbisida, dan yang paling terbaru (2013), tahan terhadap kekeringan. Lebih spesifik lagi, varietas jagung transgenik yang tahan hama memiliki aktivitas insektisida yang dimediasi HT atau Bt. Sifat ini biasanya dikombinasikan dengan toleransi terhadap herbisida untuk tanaman. Akhirnya, varietas baru tercipta dengan menggabungkan delapan transgenik yang menawarkan ketahanan ganda terhadap hama utama jagung (Moglia 2016).
Seperti halnya tanaman lain, semua varietas jagung hasil rekayasa genetika masih tidak dapat dibudidayakan di beberapa negara di dunia dan tentunya sistem pertanian organik dengan tegas melarang penggunaannya. Petani harus melakukan penelitian mengenai kerangka kerja legislatif saat ini mengenai GM dinegaranya dan memeriksa permintaan pasar untuk produk tersebut karena banyak negara tidak mengimpor produk GM.
Tips:
Untuk hal apa pun, sangat dianjurkan untuk menguji satu atau beberapa varietas yang telah dipilih pada lahan kecil sebelum menggunakannya sebagai varietas utama untuk dibudidayakan. Pengujian ini akan memberikan gambaran yang lebih baik tentang bagaimana varietas ini bekerja di lahan Anda.
Nilai Nutrisi dan Manfaat Kesehatan Jagung
Informasi dan Produksi Tanaman Jagung
Bagaimana Cara Budidaya Jagung untuk Mendapat Keuntungan – Panduan Menanam Jagung
Prinsip-prinsip untuk menentukan varietas jagung terbaik
Persiapan tanah, kebutuhan tanah dan kebutuhan benih untuk jagung
Kebutuhan Air dan Sistem Irigasi Jagung
Penanganan hasil panen, proses panen, dan pasca-panen jagung
Referensi
- Ndoli, A., Baudron, F., Sida, T. S., Schut, A. G., Van Heerwaarden, J., & Giller, K. E. (2019). Do open-pollinated maize varieties perform better than hybrids in agroforestry systems?. Experimental Agriculture, 55(4), 649-661.
- Moglia, A., & Portis, E. (2016). Genetically Modified Foods. Encyclopedia of Food and Health, 196–203.
- https://www.arc.agric.za/arc-gci/fact%20sheets%20library/maize%20production.pdf
- Iltis HH (1983) From teosinte to maize: The catastrophic sexual transmutation. Science 222:886-94
- Parco, M., Ciampitti, I. A., D’Andrea, K. E., & Maddonni, G. Á. (2020). Prolificacy and nitrogen internal efficiency in maize crops. Field Crops Research, 256, 107912.
- Győri, Z. (2017). Corn: Grain-Quality Characteristics and Management of Quality Requirements. In Cereal Grains (pp. 257-290). Woodhead Publishing.
- Chibane, N., Caicedo, M., Martinez, S., Marcet, P., Revilla, P., & Ordás, B. (2021). Relationship between delayed leaf senescence (Stay-green) and agronomic and physiological characters in maize (Zea mays L.). Agronomy, 11(2), 276.
- Barrière, Y., Guillet, C., Goffner, D., & Pichon, M. (2003). Genetic variation and breeding strategies for improved cell wall digestibility in annual forage crops. A review. Animal Research, 52(3), 193-228.
- https://www.niab.com/research/agronomy-and-farming-systems/variety-evaluation-and-management/bspb-forage-maize
- https://www.mdpi.com/2073-4395/12/1/10/pdf
- https://repository.cimmyt.org/bitstream/handle/10883/19063/58902.pdf?sequence=1&isAllowed=y