Persiapan tanah, kebutuhan tanah dan kebutuhan benih untuk jagung
Artikel ini juga tersedia dalam berbagai bahasa berikut:
Artikel ini juga tersedia dalam berbagai bahasa berikut: English Español (Spanish) Français (French) Deutsch (German) Nederlands (Dutch) हिन्दी (Hindi) العربية (Arabic) Türkçe (Turkish) 简体中文 (Chinese (Simplified)) Русский (Russian) Italiano (Italian) Ελληνικά (Greek) Português (Portuguese, Brazil) Tiếng Việt (Vietnamese) 한국어 (Korean) polski (Polish)
Tampilkan terjemahan lainnya Tampilkan lebih sedikit terjemahanJagung memerlukan tanah gembur yang menawarkan aerasi dan drainase yang baik, dan pada saat yang sama dapat menjaga jumlah air yang cukup dekat dengan akar. Tanah yang terlalu berat, terlalu berpasir dan memiliki drainase yang buruk tidak cocok untuk jagung. Secara umum, tanaman lebih menyukai pH lebih dari 5,5. Secara khusus, pH optimal untuk jagung adalah antara 5,8 hingga 6,8. Memiliki pH dekat dengan 5 dapat mengurangi jumlah produksi hingga 35%. Jagung sedikit sensitif terhadap peningkatan tingkat salinitas.
Setelah memilih dan menguji varietas jagung, petani harus menyiapkan lahannya untuk penyemaian. Persiapan persemaian yang tepat dapat sangat mempengaruhi perkecambahan, kemunculan dan pertumbuhan tanaman, dan tentunya pertumbuhan tanaman yang akan mengarah pada hasil panen yang lebih tinggi.
Persiapan persemaian untuk jagung
Pada sistem olah tanah konvensional, petani melakukan 1-3 sesi olah tanah. Sangat disarankan untuk petani mengadopsi pendekatan menyeluruh dan menghindari olah tanah yang tidak perlu yang dapat merusak struktur tanah dan menyebabkan pemadatan tanah. Selain dari olah tanah konvensional, petani dapat menerapkan sistem tunggul-mulsa, pengurangan olah tanah maupun tanpa pengolahan tanah. Keempat sistem tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan, dan petani harus mempertimbangkannya dengan hati-hati sebelum memilih rencana mana yang paling cocok untuk karakteristik unik dari lahan yang akan ditanami (1).
Olah tanah bertujuan untuk menciptakan permukaan tanah yang gembur dan rapuh dan terdiri dari teknik pengelolaan gulma utama (mekanis). Persiapan tanah dimulai jauh lebih awal dari penyemaian benih. Dari hasil panen tanaman sebelumnya, petani biasanya memotong dan menebarkan residu tanaman di atas permukaan lahan. Pengelolaan residu dapat memainkan peranan penting dalam menjaga dan memperbaiki tekstur dan kelembaban tanah dan mengurangi masalah penyakit dan serangga (Gentry et al., 2013). Beberapa tindakan pengelolaan gulma sangat dibutuhkan sebelum menabur jagung, guna mengurangi kompetisi tanaman dengan gulma untuk Cahaya matahari, ruang, air dan nutrisi.
Pada sistem tanam organik, di mana herbisida kimia tidak boleh digunakan, petani jagung harus berhati-hati dalam memilih waktu yang cocok untuk memasuki lahan dan melakukan pengolahan tanah. Untuk hal ini, kebanyakan petani memilih untuk melakukan intervensi sebanyak dua kali, pertama adalah setelah gulma pertama mulai tumbuh dan satu kali lagi dilakukan kemudian (sekitar 2-3 minggu) untuk “menangkap” gulma ronde kedua (biasanya kurang dari seminggu sebelum tanam) (3).
- Olah tanah primer (Pertama dan dasar)
Hal ini dilakukan di awal musim, biasanya setelah panen tanaman sebelumnya (atau 1-2 bulan sebelum penyemaian jagung) (4). Pada saat yang sama, petani dapat memasukkan sejumlah kompos ke dalam tanah. Pembajakan awal harus dihindari pada area dengan kemiringan lebih dari 8% karena akan menyebabkan erosi tanah yang disebabkan oleh curah hujan musim dingin dan angin kencang.
Pengolahan tanah selama awal musim semi berfungsi sebagai pengendali gulma yang sangat efisien. Pada saat yang sama, hal ini berkontribusi pada pembuangan kelebihan air dari tanah, meningkatkan aerasi tanah dan mendorong pemanasan persemaian. Jika petani memiliki tanaman penutup seperti alfalfa pada lahan, ia dapat memasukkan tanaman ke dalam tanah saat olah tanah yang pertama.
Berdasarkan dari tekstur tanah, petani mungkin membutuhkan peralatan sebagai berikut untuk olah tanah pertama:
- Papan bajak/Moldboards plows (lebih baik dihindari di tanah berpasir)
- Piringan bajak/Disc plows (berguna untuk berbagai tanah yang kering dan keras, tidak direkomendasikan untuk tanah berpasir)
- Pahat bajak/Chisel plows (hasil lebih baik pada tanah yang cenderung kering)
- Ripper (untuk memecah tapak bajak yang terbentuk)
- Pengolahan tanah yang kedua
Biasanya dilakukan beberapa hari sebelum menyemai tanaman. Petani dapat menggunakan:
- Pengolah tanah serut/Tined cultivators (untuk pembibitan gulma dan menghancurkan kerak tanah, diperlukan kelembapan tanah yang cukup agar efektif)
- Garu- Garu Cakram/Harrows-Disc Harrows (untuk memecahkan gumpalan dan ketul tanah)
Pada tanah yang kering dan berpasir, petani perlu berhati-hati agar tidak memecah struktur tanah dan harus menghindari lalu-lalang di atas lahan dengan mesin terlalu sering agar tidak mengganggu tanah.
Para petani organik dapat memilih untuk melakukan olah tanah satu kali lagi sebelum penyemaian. Jika cuaca cukup hangat, mereka dapat memilih untuk menyemai tepat setelah pengolahan tanah yang kedua. Pengolahan tanah tambahan mungkin diperlukan jika terjadi hujan saat mendekati hari penyemaian karena dalam hal ini, gulma akan berkecambah lebih cepat dari jagung dan akan “menenggelamkan” benih-benih muda (2).
Pada sistem tanpa pengolahan tanah, dengan residu tanaman dari panen sebelumnya masih tersisa di atas permukaan tanah, persiapan yang dilakukan terbatas pada penanaman sekali tanam dan pemupukan untuk mengurangi gangguan pada permukaan tanah. Untuk hal ini, petani butuh untuk membuat jalur selebar 2-3 cm atau membuka lubang-lubang kecil pada tanah untuk meletakkan benih jagung (Karki, 2014). Penggunaan alat penanam tanpa pengolahan tanah mungkin dibutuhkan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan saat memilih tanggal tanam jagung
- Karena jagung adalah tanaman iklim hangat, suhu rata-rata harian harus di atas 15°C (59 F) agar dapat tumbuh. Walaupun terdapat variabilitas antara varietas komersial jagung berdasarkan daya tahan pada suhu yang berbeda, biji jagung secara umum dapat berkecambah ketika suhunya berada pada 8-10 °C dan embun beku musim semi telah berlalu. Perlu diingat bahwa benih jagung sangat sensitif terhadap embun beku. Perkecambahan terjadi lebih cepat dan seragam pada suhu tanah yang tinggi (16-18°C) (1).
Inilah mengapa petani organik umumnya memilih untuk menyemai sedikit lebih lambar (kemunculan tanaman jagung yang lebih cepat dapat memberikan permulaan untuk tanaman melawan gulma). Selain dari suhu minimal untuk perkecambahan benih, petani harus mempertimbangkan faktor-faktor lainnya untuk memilih tanggal tanam yang cocok untuk tanamannya.
- Pada sistem tanpa pengolahan tanah, penyemaian dilakukan satu minggu lebih lama jika dibandingkan dengan lahan dengan sistem olah tanah konvensional. Hal ini terjadi karena suhu tanah pada kedalaman 4-6 cm (2 inci) lebih dingin (Karki, 2014).
- Jagung biasanya rentan terhadap suhu tinggi dan tekanan kekeringan selama masa pembuahan dan pematangan bulir. Untuk menghindari risiko suhu tinggi (32°C – 45 °C), seperti penurunan hasil panen, petani dapat memilih varietas yang berumur genjah (dengan siklus hidup yang lebih singkat) atau memindahkan, jika memungkinkan, hari tanam menjadi lebih cepat.
- Secara umum, penyemaian yang terlambat akan menyebabkan penurunan hasil panen. Hal ini terjadi karena tanaman jagung tidak memiliki waktu yang dibutuhkan (derajat unit pertumbuhan/growing degree units atau GDU) untuk mencapai kematangan sebelum embun pertama pada musim gugur. Masalahnya bahkan lebih besar lagi pada varietas jagung yang berumur genjah. Ketika suhunya berada pada tingkat optimal (di atas 20°C) selama musim tanam, tanaman jagung akan mencapai kematangan lebih cepat. Jagung yang ditanam sebagai pakan ternak tidak memiliki tuntutan suhu yang ketat.
- Penyemaian jagung harus terjadi ketika kadar air tanah berada pada tingkat optimal, kurang dari kapasitas lahan, biasanya 2-3 hari setelah turun hujan (3). Tentunya, periode ini juga bergantung pada struktur tanah. Petani dapat memasuki lahan dengan mesin dan mulai menyemai ketika 4 inci (10 cm) bagian atas tanah kering (iGrow corn) (2). Petani hendaknya menghindari penyemaian ketika tanah terlalu basah karena hal ini akan menyebabkan pemadatan tanah dan berdampak negatif terhadap perkecambahan dan kemunculan benih.
Gunakan benih jagung tersertifikasi.
Benih yang digunakan harusnya selalu bersertifikasi. Dalam hal ini, petani dapat memastikan beberapa atribut penting dari benih jagung:
- Keseragaman dan tingkat perkecambahan (>85%)
Sebagian besar benih berkecambah pada saat yang bersamaan, hal ini berarti seluruh tanaman akan tumbuh dalam waktu yang sama sehingga akan menghasilkan tanaman yang padat dengan kemampuan kompetitif yang baik terhadap gulma dan waktu tanam yang “tetap”.
- Kemurnian, dalam hal varietas (98%), benih yang bersih (tanpa benda asing), dan benih yang sehat (bebas dari segala penyakit dan kerusakan akibat serangga).
Jumlah benih jagung yang disemai per hektar – populasi tanaman jagung
Jumlah benih yang akan disemai oleh petani per hektar harus secara umum mencerminkan populasi tanaman akhir yang diinginkan dan itu bergantung pada:
- Varietas
Berdasarkan data FAO, populasi tanaman beragam mulai dari 20.000 hingga 30.000 tanaman per hektar untuk varietas yang lambat hingga 50.000 hingga 80.000 atau lebih untuk varietas yang lebih awal (5). Data lainnya menunjukkan bahwa varietas dengan siklus hidup yang panjang (700 FAO atau lebih) biasanya memiliki rata-rata angka optimal tanaman mendekati 70.000-75.000 tanaman per hektar, sementara varietas lebih awal dengan FAO 200 atau lebih sedikit dapat ditanam pada 90.000-110.000 tanaman per hektar.
- Jarak
Jarak antar baris bervariasi antara 0.6 hingga 1 m.
- Kegunaan akhir dari jagung
Pada umumnya ketika jagung ditanam untuk pakan ternak (hijauan), populasi tanaman lebih tinggi (biasanya sebanyak 50%)
- Ada atau tidaknya irigasi (air yang cukup)
Pada lahan irigasi, petani biasanya menebar lebih banyak tanaman per unit lahan.
Tanaman per hektar yang lebih banyak bisa berdampak pada perkembangan tinggi tanaman karena mereka mencari akses ke sinar matahari. Tanaman mulai condong karena batangnya tidak dapat menyanggahnya. Selain itu, kebutuhan air dan pupuk meningkat dan kandungan protein akhir biji jagung dapat berkurang.
Kedalaman penyemaian biasanya berkisar antara 4 hingga 7 cm (1.5-2.7 inci). Ketika kondisi tanah cocok dan/atau curah hujan diperkirakan akan turun, benih akan disemai lebih dekat dengan permukaan namun tidak pernah pada kedalaman kurang dari 2.5-4 cm. Penyemaian yang sangat dangkal atau dalam dapat menyebabkan masalah pada kemunculan dan pertumbuhan benih (iGrow corn) (2). Terakhir, pada tanah yang tidak memiliki drainase yang baik dan dingin, petani dapat memilih untuk menyemai pada guludan.
Disarankan bahwa jika memungkinkan untuk menghindari penyemaian dengan tangan (menabur benih, meletakkan benih secara acak). Jarak yang seragam antara benih tanaman dapat meningkatkan hasil panen dan memudahkan pengendalian gulma bahkan setelah kemunculan tanaman (Torres, 2012). Sebelum penyemaian, petani butuh untuk menjaga, mengalibrasi, dan menyiapkan penanam yang akan digunakan. Bergantung pada area lahan dan ketersediaan ekonomi petani, ia dapat menggunakan mesin penanam jagung yang dikendalikan traktor (penanam udara/pneumatic planter) atau penanam benih manual (6). Walaupun penanam udara (pneumatic) dapat mempertahankan presisi penyemaian bahkan ketika traktor dalam keadaan kencang, disarankan untuk menjaga kecepatan sedang untuk hasil yang lebih baik.
Nilai Nutrisi dan Manfaat Kesehatan Jagung
Informasi dan Produksi Tanaman Jagung
Bagaimana Cara Budidaya Jagung untuk Mendapat Keuntungan – Panduan Menanam Jagung
Prinsip-prinsip untuk menentukan varietas jagung terbaik
Persiapan tanah, kebutuhan tanah dan kebutuhan benih untuk jagung
Kebutuhan Air dan Sistem Irigasi Jagung
Penanganan hasil panen, proses panen, dan pasca-panen jagung
Referensi
- https://www.arc.agric.za/arc-gci/fact%20sheets%20library/maize%20production.pdf
- https://extension.sdstate.edu/sites/default/files/2019-09/S-0003-13-Corn.pdf
- Seedbed Preparation and Planting – Organic Weed Control – YouTube
- https://www.jica.go.jp/nepal/english/office/others/c8h0vm0000bjww96-att/tm_1.pdf
- https://www.fao.org/land-water/databases-and-software/crop-information/maize/en/
- https://aicrp.icar.gov.in/fim/salient-achievements/sowing-and-planting-equipment/
Karki, T. B., & Shrestha, J. (2014). Maize production under no-tillage system in Nepal. World Journal of Agricultural Research, 2(6A), 13-17.
Gentry, L. F., Ruffo, M. L., & Below, F. E. (2013). Identifying factors controlling the continuous corn yield penalty. Agronomy Journal, 105(2), 295-303.
Torres, G. M. (2012). Precision planting of maize (Zea mays L.). Oklahoma State University.
iGrow Corn: Best Management Practices (pp.6)Chapter: Chapter 13Publisher: South Dakota State UniversityEditors: D.E. Clay, C.G. Carlson, S.A. Clay, E. Byamukama